Nash-nash tentang Dua Belas Khalifah Pasca Nabi Muhammad saw

Oleh: Syaikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki

Jumhur ulama Islam, para imam hadis dan sejarah, dari kalangan Ahlus Sunnah dan Syi’ah telah meriwayatkan hadis tentang dua belas khalifah dalam kitab-kitab sahih dan musnad mereka dengan jalur yang berbeda-beda.

Ahmad bin Hanbal meriwayatkan di dalam Musnad-nya dari asy-Sya’bi dari Masruq yang berkata, “Kami pemah duduk-duduk dalam majelis ‘Abdullah bin Mas’ud, ia mengajarkan al-Qur’an kepada kami. Tiba-tiba ada seorang pria yang berkata kepadanya, “Wahai Aba ‘Abdurrahman, apakah kalian telah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang berapa khalifah yang dimiliki oleh umat ini?”

Maka, ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Tidak ada seorang pun yang bertanya kepadaku tentang hal itu sejak aku datang ke Irak.” Kemudian ia berkata, ‘Ya, kami telah menanyakan hal itu kepada Rasulullah Saw, lalu ia menjawab, “Dua belas, seperti bilangan pemimpin Bani Israil.”

Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan hadis tersebut dengan jalur yang lain.[1]

Ia juga meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Jabir bin Samurah yang berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda pada Haji Wada’, Agama ini senantiasa akan mengalahkan orang yang memusuhinya dan orang yang menentangnya tidak akan membahayakannya sehingga berlalu dua belas pemimpin dari umatku, semuanya berasal dari Quraisy.175

Muslim meriwayatkan dalam Shahîhnya dari Jabir bin Samurah yang berkata, “Aku bersama ayahku pemah masuk menemui Nabi Saw, lalu aku mendengar ia bersabda, “Sesungguhnya Urusan (agama) ini tidak akan punah sehingga berlalu dua belas khalifah. Kemudian ia berkata sesuatu yang samar bagiku, maka aku menanyakan hal itu kepada ayahku. Ayahku berkata bahwa ia bersabda, Semuanya berasal dari Quraisy.”[2]

Muslim juga meriwayatkan dalam Shahîh -nya dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, “Agama ini akan tetap tegak berdiri sehingga tiba hari kiamat dan ada pada mereka dua belas khalifah, semuanya berasal dari Quraisy.”[3]

Dalam riwayat yang lain, “Urusan manusia akan senantiasa berjalan selama mereka dipimpin oleh dua belas orang laki-laki, semuanya berasal dari Quraisy.”

Dalam riwayat yang lain, “Agama Islam ini akan senantiasa mulia selama dipimpin oleh dua belas khalifah, semuanya berasal dari Quraisy.”

Dalam riwayat yang lain, “Agama ini akan senantiasa mulia dan kukuh selama dipimpin oleh dua belas khalifah, semuanya berasal dari Quraisy.”

Dalam Sunan at- Tirmidzi disebutkan hadis yang sama, tetapi dengan menggantikan kata “khalifah” menjadi “amir”.[4]

Dalam Shahih al-Bukhâri dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi Saw bersabda, “Setelahku ada dua belas amir (khalifah), “lalu beliau berkata sesuatu yang tidak aku dengar. Ayahku berkata bahwa ia bersabda, “Semuanya berasal dari Quraisy.”[5]

Al-Bukhari juga meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Perkara ini (kekhalifahan) akan senanliasa berada pada Quraisy selama masih ada dua belas orang dari mereka.”[6]

Al-Muttaqi menyebutkan dalam Kanzul ‘Ummâl dari Nabi Saw sesungguhnya ia bersabda, “Setelahku ada dua belas khalifah.”[7]

Ibn Hajar menyebutkan dalam Shawa’iq-nya, “Ath­-Thabrani meriwayatkan dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi Saw bersabda, ‘Setelahku ada dua belas amir (khalifah), semuanya berasal dari Quraisy.”[8]

Dalam Irsyâddus Sari dan Sunan Abi Dawud diriwayatkan dari jalur asy-Sya’bi dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi Saw bersabda, “Agama ini akan senantiasa mulia selama dipimpin oleh dua belas khalifah.”

Dan juga dalam Sunan Abi Dawud diriwayatkan dari jalur Isma’il bin Abi Khalid dari ayahnya dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi Saw bersabda, “Agama ini akan senantiasa tegak berdiri sehingga berlalu dua belas khalifah, semuanya disepakati oleh umat ini.”[9]

As-Sadyi, penulis kitab tafsir, menyebutkan (hadis dua belas imam) sebagaimana yang dinukilkan oleh penulis ash-Shirâtul Mustaqim, kemudian ia berkata, “Hadis-hadis tersebut (tentang dua belas imam) menunjukkan dua belas imam dari keturunan Muhammad Saw, dan tidak ada yang sejalan dengan pembatasan dua belas imam tersebut kecuali Syi’ah Imamiyah.”

Al-Qunduzi al-Hanafi menyebutkan dalam Yanâbi’ul Mawaddah’ dari kitab Mawaddah al-Qurbâ dengan sanadnya dari Jabir bin Samurah yang berkata, “Aku pemah bersama ayahku di rumah Nabi Saw lalu aku mendengar Nabi Saw bersabda, “Setelahku ada dua belas khalifah kemudian ia memelankan suaranya, maka aku bertanya kepada ayahku apa yang ia pelankan suaranya itu. Ayahku menjawab, ia bersabda, Semuanya dari Bani Hasyim.”

Ia meriwayatkan dari Samak bin Harb hadis yang serupa.Ia juga meriwayatkan dari asy-Sya’bi dari Masruq dari Ibn Mas’fid bahwasanya dia berkata, “Sesungguhnya Nabi kita Saw telah mengabarkan kepada kita bahwa sepeninggal beliau akan ada dua belas orang khalifah seperti bilangan pemimpin (naqib) Bani Israil.

Ia juga berkata dalam bab yang sarna, “Yahya bin al-Hasan menyebutkan dalam kitab al-‘Umdah dua puluh jalur riwayat bahwa para khalifah sepeninggal Nabi Saw dua belas orang, semuanya dari berasal dari Quraisy, dalam Shahîh al-Bukhâri tiga jalur riwayat, dalam Shahîh Muslim sembilan jalur riwayat, dalam Sunan Abi Dawud tiga jalur riwayat, dalam Sunan at-Tirmidzi satu jalur, dan dalam al-Hamidi tiga jalur.” Kemudian ia berkata,”Sebagian muhaqqiq (periset) menyebutkan bahwa hadis­-hadis yang menunjukkan bahwa para khalifah sepeninggal Nabi Saw ada dua belas orang sangatlah terkenal, yang diriwayatkan melalui jalur yang banyak, dan ditinjau dari konteks zaman dan tempat diketahui bahwa yang dimaksud oleh Rasulullah Saw dengan hadis-­hadis Nabi Saw adalah dua belas (imam) dari Ahli Baitnya dan keturunannya. Sebab, hadis-hadis tersebut tidak mungkin diterapkan pada para khalifah sepeninggal beliau dari kalangan sahabatnya karena jumlahnya yang sedikit (kurang dari dua belas orang), dan tidak mungkin diterapkan pada raja-raja dari Bani Umayyah karena jumlah mereka yang melebihi dua belas orang dan juga karena kezaliman mereka yang melampaui batas, kecuali ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, selain itu mereka juga bukan dari Bani Hasyim karena Nabi Saw bersabda, Mereka semuanya dari Bani Hasyim.”

Oleh karena itu, hadis-hadis tentang dua belas khalifah tersebut hanya dapat diterapkan pada para imam dua belas dari Ahlul bait Nabi Saw dan keturunannya. Sebab, mereka adalah orang-orang yang paling alim pada zaman mereka, paling mulia, paling wara’, paling bertakwa, paling mulia nasabnya, dan paling mulia di sisi Allah. Ilmu mereka bersumber dari ayah dan kakek-kakek mereka yang bersambung kepada Nabi Saw dengan mewarisi ilmu mereka dan juga ilmu laduni. Demikianlah sebagaimana diketahui oleh para ahli ilmu dan tahkik, dan juga ahli kasyf dan taufik.

Di antara yang termasuk menguatkan makna sabda Nabi Saw tersebut adalah hadis tsaqalain (yaitu sabda beliau, Aku telah tinggalkan kepada kalian dua hal yang sangat berharga, selama kalian berpegang teguh pada keduanya kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu Kitabullah dan Ahlul Baitku”). Demikianlah yang dikatakan oeh al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanâbi’ul Mawaddah, silakan Anda merujuk kepadanya.

Al-Qunduzi al-Hanafi juga meriwayatkan dalam kitabnya yang sama, Yanâbi’ul Mawaddah, dari Jabir yang berkata, “Rasulullah Saw bersabda, “Aku adalah pemuka para nabi, sedangkan aku pemuka para washi (penerima wasiat Nabi Saw untuk menjadi khalifah sepeninggalnya). Dan sesungguhnya washi-washi-ku setelahku ada dua belas, permulaannya adalah aku dan yang terakhir adalah al-Qa’im al-Mahdi. ”

Syaikhul Islam al-Hamuyini asy-Syafi’i juga meriwayatkan hadis tersebut dalam kitabnya Farâ’idus Simthain dari Ibn ‘Abbas Ra.

Hadis-hadis yang menegaskan bahwa mereka adalah washi-washi Rasulullah Saw dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah sangatlah banyak, yang mencapai batas mutawatir, di samping yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Syi’ah.

Al-Qunduzi al-Hanafi juga meriwayatkan dalam kitabnya Yanâbi’ul Mawaddah dari Salman yang berkata, “Aku pemah memasuki rumah Nabi Saw aku melihat Husain As sedang berada dalam pangkuannya. Nabi Saw mencium pipinya dan mulutnya, ia bersabda kepadanya, Engkau adalah sayid, anak sayid dan saudara sayid. Engkau adalah imam, anak imam dan saudara imam. Engkau adalah hujah, anak hujah dan saudara hujah serta ayah dan hujah-hujah yang sembian, hujah yang kesembilan dari mereka adalah al-Qa’im al-Mahdi.”

Demikian juga al- Hamuyini asy-Syafi’i meriwayatkan  dalam Farâ’idus Simthain dari Ibn ‘Abbas Ra yang berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, Aku, Ali, Hasan,  Husain, dan sembilan dari anak keturunan al-Husain disucikan dan dipelihara dari perbuatan dosa dan kesalahan (maksum).”

Dan juga diriwayatkan dalam kitab yang sarna dari Ibn ‘Abbas bahwa Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya washi-washi-ku dan hujah-hujah Allah atas makhluk-Nya setelahku ada dua belas; yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhirnya anakku.Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?” Beliau menjawab, “Ali.” Lalu beliau ditanya lagi, “Siapakah anakmu?” Beliau menjawab, “al-Mahdi, dialah yang akan memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman. Demi Dzat Yang Mengutusku dengan kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, seandainya tidak tersisa dari umur dunia kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkan hari itu sehingga muncul pada hari itu anakku al-Mahdi. Kemudian Ruhullah Isa bin Maryam turun, lalu dia akan shalat di belakang anakku, bumi pun akan bersinar dengan cahaya Tuhannya, dan kekuasaannya akan mencapai timur dan barat.”

Dan juga disebutkan dalam Yanâbi’ul Mawaddah, bab ke-95, dari al-Manâqib dengan sanadnya dari Jabir bin’ Abdillah yang berkata, “Rasulullah Saw bersabda, “Wahai Jabir, Sesungguhnya washi-washi-ku dan para imam kaum Muslim sesudahku permulaannya adalah ‘Ali, kemudian Hasan, kemudian Husain, kemudian ‘Ali bin Husain kemudian Muhammad bin Ali yang dikenal dengan al-Baqir, engkau akan menemuinya wahai Jabir. Maka, jika engkau bertemu dengannya, sampaikanlah salam dariku, kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad kemudian Al-Hasan bin Ali, kemudian Al-Qa’im, namanya sama dengan namaku, gelarnya sama dengan gelarku. Anak Hasan bin Ali inilah yang kepadanya Allah Swt akan menaklukkan timur bumi dan baratnya. Dia akan mengalami masa kegaiban dari para pengikutnya, suatu kegaiban yang seseorang tidak akan tetap pada pendirian keimamannya kecuali yang hatinya telah telah diuji oleh Allah untuk beriman.”

Jabir berkata, maka aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah orang-orang dapat mengambil manfaat dengannya pada masa kegaibannya itu?” Ia menjawab, “Ya, demi Dzat Yang Mengutusku dengan kenabian, sesungguhnya mereka mendapatkan cahaya dengan cahaya wilayahnya dalam masa kegaibannya, sebagaimana orang-orang mendapatkan manfaat dengan matahari meskipun terhalangi oleh awan. Ini adalah sesuatu yang disembunyikan dari rahasia Allah dan perbendaharaan ilmu Allah, maka rahasiakanlah hal ini kecuali kepada yang ahlinya. ”

Juga disebutkan dalam Yanâbi’ul mawaddah, awal bab ke-76, juga dalam kitab al-Manâqib dengan sanadnya dari Jabir al-Anshari yang berkata, “Jandal bin Janadah pemah masuk menghadap Nabi Saw lalu ia menanyakan kepada beliau beberapa masalah, kemudian ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang washi-washi-mu sepeninggalmu agar aku dapat berpegang teguh kepada mereka.”

Nabi Saw menjawab, “Washi-washi-ku ada dua belas orang.” Jandal berkata, “Demikianlah kami mendapatkan mereka dalam Taurat.” Lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah, beri tahukanlah kepadaku nama-nama mereka.”

Nabi Saw menjawab, Yang pertama di antara mereka adalah pemuka para washi, ayah para imam, ‘Ali, kemudian kedua anaknya: al-Hasan dan al-Husain, maka berpegang teguhlah kamu kepada mereka, dan janganlah kamu terperdaya oleh kebodohan orang-orang yang bodoh. Apabila telah lahir ‘Ali bin al-Husain Zainal Abidin, maka Allah akan menghendaki engkau menghadap kepada-Nya (waktu kematianmu) dan akhir perbekalanmu dari dunia ini adalah minuman susu yang engkau meminumnya.”

Jandal berkata, “Kami mendapatkannya tertulis dalam Taurat. Dan dalam kitab-kitab para nabi disebutkan: Iliya, Syibran, dan Syabiran, maka ini adalah nama ‘Ali, al-Hasan, dan al-Husain. Maka, siapakah setelah al-Husain dan siapa nama-nama mereka?”

Nabi Saw menjawab, “Jika telah terputus masa al-Husain, maka imam setelahnya adalah ‘Ali, ia dijuluki Zainal Abidin, kemudian anaknya, yaitu Muhammad, ia dijuluki al-Bâqir, kemudian anaknya, yaitu Ja’far, ia dijuluki ash-Shâdiq, kemudian anaknya, yaitu Musa, ia dijuluki al-Kazhim, kemudian anaknya, yaitu Ali, ia dijuluki ar-Ridhâ, kemudian anaknya, yaitu Muhammad, ia dijuluki at-Taqi dan az-Zaki, kemudian anaknya, yaitu’Ali, ia dijuluki at-Taqi dan al-Hâdi, kemudian anaknya, yaitu al-Hasan, ia dijuluki al-Askari, kemudian anaknya, yaitu Muhammad, ia dijuluki al-Mahdi, al-Qâ’im, dan al-Hujjah, ia akan gaib, kemudian ia akan muncul dan memenuhi bumi ini dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman. Beruntunglah orang­-orang yang bersabar dalam masa kegaibannya, beruntunglah orang­-orang yang bertakwa atas hujah mereka. Merekalah orang-orang yang disifatkan Allah dalam Kitab-Nya.”

“Petunjuk. bagi mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib.” (Qs. Baqarah [2]: 2-3)

Kemudian ia membacakan ayat,

Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah banwa sesungguhnya golongan Allah  itulah golongan yang beruntung.” (Qs. Mujadilah [58]: 22)

AI-Hamuyini meriwayatkan dalam Farâ’idus Simthain dengan sanadnya dari Ibn ‘Abbas yang berkata, “Pemah ada seorang Yahudi yang datang menemui Rasulullah Saw ia bemama Na’tsal. Ia bertanya, “Wahai Muhammad, aku hendak menanyakan kepadamu tentang beberapa hal yang senantiasa bergelora di dalam dadaku, jika engkau dapat menjawab pertanyaanku, niscaya aku akan memeluk agama Islam di hadapanmu.”

Nabi Saw bersabda, “Tanyakanlah wahai Aba ‘Amarah!”

Maka, ia (Na’tsal) menanyakan kepada Nabi Saw beberapa hal sampai pada pertanyaannya, “Beri tahukanlah kepadaku, siapakah washi-mu karena setiap nabi pasti mempunyai seorang washi (pengemban wasiat Nabi Saw untuk menjadi khalifah sepeninggalnya). Sesungguhnya nabi kami,  Musa bin lmran, mewasiatkan kepada Yusya’ bin Nun.”

Nabi Saw menjawab, “Sesungguhnya washiyy-ku adalah ‘Ali bin Abi Thalib, dan setelahnya adalah al-Hasan dan al-Husain, kemudian setelahnya adalah sembilan imam dari tulang sulbi al-­Husain.”

Ia (Na’tsal) berkata, ‘Wahai Muhammad, beri tahukanlah kepadaku nama-nama mereka!.”

Nabi Saw menjawab, “Jika al-Husain telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, ‘Ali; jika ‘Ali telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, Muhammad; jika Muhammad telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, Ja’far; jika Ja’far telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, Musa; jika Musa telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, ‘Ali; jika ‘Ali telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, Muhammad; jika Muhammad telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, ‘Ali; jika ‘Ali telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, al-­Hasan; dan jika al-Hasan telah meninggal dunia, maka penggantinya anaknya, al-Hujjah Muhammad al-Mahdi. Merekalah dua belas….”

Kemudian disebutkan bahwa orang Yahudi itu (Na’tsal) memeluk agama Islam dan dia mengabarkan bahwa dia mendapatkan nama-nama mereka (dua belas imam Ahlul bait) di dalam kitab-kitab para nabi yang telah lalu, dan juga termasuk yang disampaikan kepada mereka oleh Musa As.

Al-Hamuyini meriwayatkan di dalam Fara’idus Simthain dan al-Khawarizmi al-Hanafi dengan sanadnya sampai kepada Abu Sulaiman, pengembala unta Rasulullah Saw, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Pada malam akan dimikrajkan ke langit, Allah yang Maha Agung berfirman kepadaku,

“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya.” (Qs. al Baqarah [2]: 285)

Kemudian aku berkata, “Demikian pula orang-orang yang beriman.”

Allah berfirman, ‘Engkau benar. Wahai Muhammad, sesungguhnya Aku telah memandang penduduk bumi, lalu Aku memilihmu di antara mereka. Maka, Aku mengambil untukmu nama dari nama-nama-Ku. Oleh karena itu, setiap kali Aku disebut di suatu tempat, niscaya engkau juga disebut bersama-Ku. Aku adalah Mahmud (Yang Terpuji), dan engkau adalah Muhammad (yang dipuji).

Kemudian Aku memandang (penduduk bumi) untuk yang kedua kalinya, maka Aku memilih ‘Ali di antara mereka. Aku pun menamakannya dengan nama-Ku. Wahai Muhammad, Aku telah menciptakanmu dan menciptakan ‘Ali, Fatimah, al-Hasan, al–Husain dan para imam dari anak keturunan al-Husain dari cahaya-Ku. Aku juga telah mengemukakan wilayah kalian kepada penduduk langit dan bumi, maka barang siapa menerimanya, dia di sisi-Ku termasuk orang­-orang yang beriman; dan barang siapa mengingkarinya, dia di sisi-Ku termasuk orang-orang yang kafir.

Wahai Muhammad, seandainya seorang hamba dari hamba-­hamba-Ku menyembah-Ku sampai binasa, kemudian dia menghadap kepada-Ku dalam keadaan mengingkari wilayah kalian, niscaya Aku tidak akan mengampuninya. Wahai Muhammad, apakah engkau ingin melihat mereka?”

Aku menjawab, “Ya, wahai Tuhanku.”

Allah berfirman kepadaku, “Lihat ke arah kanan ‘Arsy!”

Lalu, aku melihat, tiba-tiba aku melihat ‘Ali, Fatimah. Al-­Hasan, al-Husain, ‘Ali bin al-Husain, Muhammad bin ‘Ali, Jafar bin Muhammad, Musa bin Ja’far, ‘Ali bin Musa, Muhammad bin ‘Ali, ‘Ali bin Muhammad, al-Hasan bin ‘Ali, dan Muhammad al-Mahdi bin al­Hasan, ia seperti bintang mutiara di tengah-tengah mereka.

Allah berfirman, “Wahai Muhammad, mereka adalah hujah­-hujah-Ku atas makhluk-Ku, dan mereka adalah washi-washi-mu, sedangkan al-Mahd! di antara mereka akan bangkit dari keturunanmu. Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sesungguhnya dia akan menuntut balas terhadap musuh-musuh-Ku dan memudahkan kepada wali-wali-Ku.”

­Muwaffaq bin Ahmad al-Hanaf’i meriwayatkan dalam Manâqib-nya dari Salman dari Nabi Saw bahwa beliau bersabda kepada al-Husain As, “Engkau adalah seorang imam, anak seorang imam dan saudara seorang imam serta ayah para imam yang sembilan, yang kesembilan di antara mereka adalah al-Qa’im.”

Syihabuddin al-Hindi meriwayatkan dalam Manâqib-nya dengan sanadnya dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, “(Akan lahir) dari keturunan al-Husain bin ‘Ali para imam yang sembilan, yang kesembilan di antara mereka adalah al-Qa ‘im.”

Al-Hamuyini meriwayatkan di dalam Farâ’idus Simthain dari Nabi Saw bahwa ia bersabda, “Barang siapa yang meninggalkan ‘Ali sepeninggalku, dia tidak akan melihatku dan aku tidak akan melihatnya pada hari kiamat. Barang siapa menentang ‘Ali, Allah akan mengharamkan untuknya surga, dan Dia akan menjadikan neraka sebagai tempatnya. Barang siapa menelantarkan ‘Ali, Allah akan menelantarkannya pada hari kiamat. Dan barang siapa menolongnya, Allah akan menolongnya pada hari dia bertemu dengan-Nya dan Dia akan mengajarkan kepadanya hujahnya ketika dia dimintai pertanggung-jawaban.”

Nabi Saw bersabda, “al-Hasan dan al-Husain adalah dua orang imam umatku setelah ayah mereka berdua. Keduanya adalah pemuka para pemuda penghuni surga, ibu mereka berdua pemuka kaum wanita, ayah mereka berdua pemuka washi-washi, dan dari keturunan al-Husain sembilan imam, yang kesembilan di antara mereka adalah al-Qa’im, dia adalah anakku. Ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadaku dan penentangan kepada mereka sama dengan penentangan kepadaku. Hanya kepada Allah aku mengadukan orang yang mengingkari keutamaan mereka dan menyia-nyiakan hak mereka sepeninggalku. Cukuplah Allah sebagai Pelindung dan Penolong keturunanku dan para imam umatku, dan Dialah yang menyiksa orang-orang yang mengingkari hak mereka. Dan orang-­orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali

Al-Imamul Akbar, pemuka Syi’ah dan pembaharu syariat, Ayatullah al-‘Uzhma, al-Mujahid al-A’zam, Muhammad bin Yusuf yang dikenal dengan sebutan al-‘Allamah al-Hilli menyebutkan dalam kitab Kasyful Haqq’ beberapa hadis tentang dua belas khalifah dengan jalur yang berbeda-beda, kemudian al-Fadhl bin Rauzabahan pun mengakui kesahihan hadis-hadis tersebut, padahal ia adalah seorang nashibi, yang sangat membenci Ahlulbait. Al-Fadhl berkata, “Apa yang disebutkan (oleh al-Hum) tentang hadis-hadis yang diriwayatkan berkenaan dengan dua belas khalifah adalah sahih dan diriwayatkan dalam kitab-kitab sahih…”

Aku katakan, telah diriwayatkan dari Nabi Saw hadis tentang dua belas khalifah dalam hadis yang sangat banyak, selain yang telah kami sebutkan di dalam kitab ini, seperti dalam al-Bayân, karangan al-Hafizh al-Kanji; Fashlul Khithâb, karya al-Khawajab Barsa al-­Hanafi; Arba’in, karya Syaikh As’ad bin Ibrahim al-Hanbali; Arba’in, karya Ibn Abil Fawaris, dan kitab al-Hafizh Ibnu al-Khasyab dan selainnya, selain yang diriwayatkan melalui jalur Syi’ah yang jumlahnya sangat banyak.

Sayid Hasyim al-Bahrani meriwayatkan dalam kitabnya Ghâyatul Marâm, hadis dua belas khalifah melalui enam puluh enam jalur dengan sanad-sanadnya dari jalur Ahlus Sunnah. Ia menyebutkan tujuh jalur dari kitab Manaqib Amirul Mu’minin As, karya al-Maghazali asy-Syafi’i, ia meriwayatkan dari Musnad Ahmad bin Hanbal dan Shadrul A ‘immah ‘inda Ahlis Sunnah, karya al-Khawarzimi melalui dua belas jalur.

Ia meriwayatkan dari Abu Na’im al-Hafizh, dari al-Khathib dalam Târikh-nya, dan dari al-Hamuyini dua puluh tiga jalur, dari al-Fushûlul Muhimmah, karya Ibnu as Shibagh al-Maliki, dan dari Syarh Nahjul Balâghah, karya Ibn Abil Hadid, dua jalur.

Aku katakan, aku telah mendapatkan sebuab risalah yang ditulis oleh seorang tokoh Islam terkemuka, Syaikh Kazhim Abu Nuh Rah, ia berisikan jalur-jalur riwayat hadis para imam berasal dari Quraisy. Dalam risalah tersebut, halaman 14, ia berkata, “al-‘Allamab as­-Sayyid Hasan Shadruddin meriwayatkan dalam kitabnya ad-Durârul Mûsawiyyah fi Syarhil ‘Aqâ’idil Ja ‘fariyyah hadis dua belas khalifab melalui jalur Ahmad bin Hanbal tiga puluh empat jalur, dan ia menyebutkan jalur-jalur Muslim, al-Bukhari, dan al-Hamidi, dan ia juga menyebutkan jalur-jalur riwayat yang kuat dengan menggabungkan di antara enam kitab sahih, riwayat ats- Tsa’labi, Abu Sa’id al-Khudri, Abu Burdah, Ibnu ‘Umar, ‘Abdurrahman bin Samurah,  Jabir, Anas, Ibnu ‘Abbas, ‘Umar bin al-Khatthab, ‘Aisyah dan riwayat Watsilah dan Abu Sulaiman ar-Ra’i.

Adapun riwayat ‘Umar bin al-Khatthab, ‘Ali bin al-Musayyib telah menyandarkan kepada ‘Umar sabda Nabi Saw, “Para imam selepasku dua belas..”

Ad-Daurusti menyandarkan kepada Ibnu al-Mutsanna sesungguhnya ia bertanya kepada ‘Aisyah, “Berapakah jumlah khalifah Rasulullah Saw?”

‘Aisyah menjawab, “Sesungguhnya ia (Nabi Saw) telah mengabarkan kepadaku bahwa sepeninggalnya ada dua belas khalifah.”

Ibnu al-Mutsanna berkata, “Beritahukanlah kepadaku nama-nama mereka!”

Akan tetapi ‘Aisyah enggan membeberkan nama-nama khalifah dua belas yang dimaksud kepadanya.

Kemudian setelah menyebutkan jalur-jalur riwayat hadis dua belas khalifah, Sayid Hasan Shadruddin menyebutkan kitab-kitab karangan para ulama Ahlus Sunnah yang meriwayatkan hadis tersebut, di antaranya Manâqib Ahmad bin al-Hanbal, an-Nasa’i, Tanzilul Qur’ân fi Manâqib Ahlil Bait, karangan Abu Na’im al-Hafizh al-Ishfahani, Farâ’idus Simthain fi Fadhâ’ilil Murtadhâ waz Zahrâ  karangan al-­Hamayini asy-Syafi’i, Mathtâlibus Sa’ul, karya Muhammad bin Thalhah asy-Syafi’i, Kitâb al-Bayân, karya al-Kanji asy-Syafi’i, Musnad Fathimah, karya ad-Daru Quthni, Kitâb Fadhâi’lil Ahlil Bait, karya al-Khawarizimi al-Hanafi, al-Manâqib, karya Ibn al-Magbazili al-Faqih asy-Syafi’i, al-Fushulul  Muhimmah, karya Ibnu Shibagh al-­Maliki, Jawâhirul ‘lqdâin, karya as-Samhadi al-Mishri, Dzakhâ’irul ‘Uqbâ, karya al-Muhibb ath-Thabari, Mawaddatul Qurbâ, karya ‘Ali bin Syihab al-Hamdani asy-Syafi’i, ash-Shawâ’iqul Muhriqah  karya Ibn al-Haitsami, al-Ishâbah, karya Ibnu Hajar al-‘ Asqalani, Jâmi’ul Ushûl, Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad Abi Ya’la al-­Mûshili, Musnad Abi Bakar al-Bazzâr, Ma’âjim, karya ath-Thabrani, Jâmi ‘ush Shaghir, karya as-Suyuthi, dan Kanzud Daqâ’iq, karya al-­Manawi.

Aku katakan, sesungguhnya riwayat-riwayat yang banyak dan bermacam-macam ini, yang sampai kepada kita melalui jalur riwayat Ahlus Sunnah, merupakan dalil yang paling kuat dan hujah yang paling nyata bahwa khalifah sepeninggal Rasulullah Saw secara langsung adalah Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib As, kemudian setelahnya adalah anak keturunannya sebelas Imam Maksum. Mereka adalah khalifah-khalifah Rasulullah Saw dan imam-imam kaum Muslimin, satu demi satu hingga pada hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam (pada hari kiamat).

Siapa pun tidak akan sanggup mengingkari hadis-hadis tentang dua belas khalifah ini yang telah diriwayatkan dalam hadis-hadis sahih dari jalur ulama Ahlus Sunnah dan imam-imam hadis mereka, apalagi dari jalur Syi’ah, kecuali orang yang telah tumpul pikirannya dan hatinya telah tertutup (untuk menerima kebenaran).

Orang yang demikian itu adalah seperti yang difirmankan Allah Swt,

“(mereka) itu tuli, bisu, dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.” (Qs. al-Baqarah .”[2]: 171)

Dan firman-Nya,

“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tunan Yang Mana Pemurah (al-Qur’an). Kami biarkan baginya setan (yang menyesatkannya) dan yang menjadi teman karibnya.” (Qs. Az -Zuhruf [43]: 36)

Dan juga firman-Nya,

“Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun engkau menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (Qs. al-Kahfi [18]:57)


[1]. Lihat, Musnad Ahmad bin Hanbal, jil. 1, hal. 406

[2] . Lihat, , Muslim,  Shahîh , jil. 2, hal. 79, Bab Sesungguhnya Orang-orang itu Mengikuti Quraisy.

[3] . Idem.,

[4] . Lihat, Sunan at- Tirmidzi, jil. 2.

[5] . Lihat, Shahîh al-Bukhâri, jil. 4, bab Hukum-hukum.

[6] . Idem, Bab Manakib Quraisy dan dalam bab Para Khalifah berasal dari Quraisy.

[7].  Lihat, al-Muttaqi, Kanzul ‘Ummâl  Jil. 6, hal. 160.

[8] . Lihat, Ibn Hajar, Shawa’iq, bab 11, pasal 2.

[9] .Hadis-hadis tentang dua belas khalifah tersebut hanya dapat  terapkan pada mazhab Syi’ah lmamiyah

yang mengakui dua belas imam atau khalifah. Adapun selain Syi’ah lmamiyah sarna sekali tidak dapat diterapkan pada mereka karena mereka membolehkan kepemimpinan di tangan seorang selain dari Quraisy. Selain itu, jumlah raja dari Bani Umayyah dan ‘Abbasiyah melebihi dua belas orang. Apabila dikatakan bahwa yang dimaksud dengan dua belas khalifah adalah orang-orang saleh di antara mereka, maka jawabnya adalah: pertama, orang-orang saleh sesuai pengakuanmu di antara para khalifah Bani Umayyah dan ‘Abbasiyah jumlahnya tidak mencapai dua belas orang. Kedua, jika pendapatmu itu benar, maka hal ini mengharuskan adanya selang waktu antara seorang imam dengan imam yang lain sehingga terdapat kekosongan zaman dari imam. Hal tidak ini dapat dibenarkan sesuai hadis sahih yang diriwayatkan dari Nabi Saw., “Barangsiapa mati dalam keadaan tidak mengenal imam lamannya, maka ia mati dalam keadaan mati jahiliah.”

 

1 responses to “Nash-nash tentang Dua Belas Khalifah Pasca Nabi Muhammad saw

  1. Ping-balik: Rasulullah menginginkan penggantinya adalah 12 khalifah Quraisy dari ahlulbait ! Namun suku suku tidak mau Bani Hasyim mendominasi ! Logika syi’ah patahkan sunni « web syi'ah imamiyah ushuliyah terlengkap di Indonesia-Malaysia dan Brunei.·

Tinggalkan komentar